Penuhi Hasrat Main Game Online, Bocah Kelas 3 SD Ini Nekat Mencuri
Malang nian nasib RN. Remaja 10 tahun ini ditelantarkan orang tuanya, sebut saja RY (39) dan ID (32). Kedua orang tuanya bercerai dan masing-masing sudah berumah tangga. Akibat kurangnya perhatian, remaja itu jadi salah arah. Game online di sebuah warung internet (warnet) menjadi pelarian. Gara-gara butuh uang untuk memenuhi hasratnya bermain, mencuri jadi pilihan.
Saat diamankan di kantor Lurah Bontang Kuala, tepatnya di ruang Kasi Trantib, RN duduk dan menangis. Ketika Babinkamtibmas Bontang Kuala, Bripka Andi Gisman menginterogerasi, dirinya menjawab dengan suara lirih, bahkan nyaris tak terdengar.
Saat diamankan di kantor Lurah Bontang Kuala, tepatnya di ruang Kasi Trantib, RN duduk dan menangis. Ketika Babinkamtibmas Bontang Kuala, Bripka Andi Gisman menginterogerasi, dirinya menjawab dengan suara lirih, bahkan nyaris tak terdengar.
Bocah Main Game Online via www.hipwee.com |
BontangPost pun, berkesempatan mewawancara langsung bocah ingusan yang masih polos tersebut. RN mengaku sering kali mencuri di SD 001 Bontang Utara, atau sekolah tempatnya dulu menuntut ilmu. Tak hanya di SD-nya, TK Satu Atap serta kantin sekolah jadi incaran. Bahkan, bocah itu sering mencuri di rumah neneknya di Kelurahan Tanjung Laut.
Namun, di rumah neneknya, dia mengaku hanya mencuri duit Rp 5 ribuan. Berbeda dengan di sekolah. Dia sampai mendapatkan “penghasilan” mencapai Rp 500 ribu.
Uang curiannya itu pun digunakan untuk bermain game online. Permainan tembak-tembakan bernama Point Blank (PB) pun jadi andalannya. Selain main game online, uang curiannya itu kerap dibelikan makanan, minuman, serta membeli baju.
“Bapak tahu (suka mencuri, Red.), tetapi tidak dimarahi,” katanya polos.
RN sebenarnya pernah bersekolah hingga kelas II SD. Namun, dia dikeluarkan dengan alasan yang tidak diketahui. Padahal saat ditanya masih ingin bersekolah, RN mengaku mau.
“Mau sekolah lagi,” ujarnya.
Sekira pukul 11.30 Wita, dia diamankan pihak Babinkamtibmas. Karena masih di bawah umur, akhirnya polisi mengundang Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dissosnaker) Bontang.
“Karena masih anak-anak, kemudian setelah berkoordinasi dengan pimpinan, akhirnya kami undang Dissosnaker,” ujar Bripka Andi Gisman.
Tak lama berselang, sekira pukul 12.30 Wita, tim Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Bontang tiba di kantor Lurah Bontang Kuala, beserta tim dari Program Kesejahteran Sosial Anak (PKSA) dan pengurus Rumah Perlindungan Trauma Centre (RPTC).
Penjangkau LK3 Bontang, Tri Lelowati mengatakan, pihaknya perlu mencari tahu dulu asal permasalahannya, sehingga bisa diberi solusi terbaiknya. Pihaknya pun meminta dipertemukan dengan orang tua RN, serta mengunjungi kediamannya yang berada di seberang SDN 001 Bontang Utara.
Melihat kediamannya yang serba terbatas, menjadi salah satu faktor penunjang RN hobi mengutil. Pasalnya, rumahnya bisa dibilang tak layak huni karena tanpa lantai alias langsung tanah. Kemudian, barang yang segala ada menimbulkan kesan kumuh.
Saat berbincang, sang ayah mengaku jika RN merupakan anak dari istri keduanya. Anak pertamanya ada di Manado bersama istri pertamanya. RN hidup dengannya, sementara istri ketiganya sedang melahirkan anak ketiganya di Bandung.
“Saya sudah sering menghubungi ibunya (ibu kandung RN tinggal di Sidrap, Red.). Sudah sering saya meminta agar RN dijemput, tapi tak datang-datang,” ujar RY.
Setelah berbincang-bincang dengan ayahnya pun, kemudian disampaikan karena RN tidak terurus, maka sebaiknya disekolahkan di Samarinda dan tinggal di Panti Asuhan Anak Darma Samarinda.
“Sudah ada tujuh anak Bontang yang tinggal di sana. Mereka terjamin kebutuhannya, sekolahnya, bapak kalau bisa menjenguk pun bisa,” jelas Tri.
Namun RY mengatakan masih menunggu keputusan ibu kandungnya RN, yakni ID. Tak lama kemudian, ID pun datang beserta dengan suaminya dan anak perempuannya. Turun dari motor, tangisnya seakan mau pecah sambil menuntun anak perempuannya.
Dengan cepat dirinya memeluk RN dan tangisnya pun pecah. Semua yang berada di lokasi memberi kesempatan agar ibu dan anak merasa intim. Setelah agak reda, dan ID bisa diajak bicara, kemudian disampaikan jika RN sebaiknya tinggal di Samarinda di Panti Asuhan Anak Darma.
Namun, Dissosnaker Bontang pun masih memberi kewenangan kepada keluarga untuk berkompromi terlebih dahulu. Sementara data dan permasalahannya sudah dikantongi pihak Dissosnkaer melalui LK3 Bontang.
Guru olahraga SDN 001 Bontang Utara, Dewi Komar mengatakan, RN memang dikeluarkan dari sekolah sejak kelas II SD. Pasalnya, kejadian RN mencuri sering terjadi dan hampir tak terhitung. Sementara tiga hari lalu, tepatnya Minggu sore, kantin kehilangan uang bahkan hampir Rp 1 juta, itu menurut pengakuan pihak kantin. Dari kejadian itu, guru-guru pun menelusuri siapa sebenarnya pelaku pencuri di sekolah itu.
“Kami memang menunjuk anak buat berjaga dan terlihat jika RN yang mencuri. Akhirnya tadi (kemarin, Red.) saya melaporkan ke RT 18, lalu ke pihak kelurahan, kemudian ke polisi (Babinkamtibmas) untuk menakut-nakuti, karena anak ini sebenarnya butuh pembinaan, dan kurang perhatian dari orang tua,” terangnya. (***)
Namun, di rumah neneknya, dia mengaku hanya mencuri duit Rp 5 ribuan. Berbeda dengan di sekolah. Dia sampai mendapatkan “penghasilan” mencapai Rp 500 ribu.
Uang curiannya itu pun digunakan untuk bermain game online. Permainan tembak-tembakan bernama Point Blank (PB) pun jadi andalannya. Selain main game online, uang curiannya itu kerap dibelikan makanan, minuman, serta membeli baju.
“Bapak tahu (suka mencuri, Red.), tetapi tidak dimarahi,” katanya polos.
RN sebenarnya pernah bersekolah hingga kelas II SD. Namun, dia dikeluarkan dengan alasan yang tidak diketahui. Padahal saat ditanya masih ingin bersekolah, RN mengaku mau.
“Mau sekolah lagi,” ujarnya.
Sekira pukul 11.30 Wita, dia diamankan pihak Babinkamtibmas. Karena masih di bawah umur, akhirnya polisi mengundang Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dissosnaker) Bontang.
“Karena masih anak-anak, kemudian setelah berkoordinasi dengan pimpinan, akhirnya kami undang Dissosnaker,” ujar Bripka Andi Gisman.
Tak lama berselang, sekira pukul 12.30 Wita, tim Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Bontang tiba di kantor Lurah Bontang Kuala, beserta tim dari Program Kesejahteran Sosial Anak (PKSA) dan pengurus Rumah Perlindungan Trauma Centre (RPTC).
Penjangkau LK3 Bontang, Tri Lelowati mengatakan, pihaknya perlu mencari tahu dulu asal permasalahannya, sehingga bisa diberi solusi terbaiknya. Pihaknya pun meminta dipertemukan dengan orang tua RN, serta mengunjungi kediamannya yang berada di seberang SDN 001 Bontang Utara.
Melihat kediamannya yang serba terbatas, menjadi salah satu faktor penunjang RN hobi mengutil. Pasalnya, rumahnya bisa dibilang tak layak huni karena tanpa lantai alias langsung tanah. Kemudian, barang yang segala ada menimbulkan kesan kumuh.
Saat berbincang, sang ayah mengaku jika RN merupakan anak dari istri keduanya. Anak pertamanya ada di Manado bersama istri pertamanya. RN hidup dengannya, sementara istri ketiganya sedang melahirkan anak ketiganya di Bandung.
“Saya sudah sering menghubungi ibunya (ibu kandung RN tinggal di Sidrap, Red.). Sudah sering saya meminta agar RN dijemput, tapi tak datang-datang,” ujar RY.
Setelah berbincang-bincang dengan ayahnya pun, kemudian disampaikan karena RN tidak terurus, maka sebaiknya disekolahkan di Samarinda dan tinggal di Panti Asuhan Anak Darma Samarinda.
“Sudah ada tujuh anak Bontang yang tinggal di sana. Mereka terjamin kebutuhannya, sekolahnya, bapak kalau bisa menjenguk pun bisa,” jelas Tri.
Namun RY mengatakan masih menunggu keputusan ibu kandungnya RN, yakni ID. Tak lama kemudian, ID pun datang beserta dengan suaminya dan anak perempuannya. Turun dari motor, tangisnya seakan mau pecah sambil menuntun anak perempuannya.
Dengan cepat dirinya memeluk RN dan tangisnya pun pecah. Semua yang berada di lokasi memberi kesempatan agar ibu dan anak merasa intim. Setelah agak reda, dan ID bisa diajak bicara, kemudian disampaikan jika RN sebaiknya tinggal di Samarinda di Panti Asuhan Anak Darma.
Namun, Dissosnaker Bontang pun masih memberi kewenangan kepada keluarga untuk berkompromi terlebih dahulu. Sementara data dan permasalahannya sudah dikantongi pihak Dissosnkaer melalui LK3 Bontang.
Guru olahraga SDN 001 Bontang Utara, Dewi Komar mengatakan, RN memang dikeluarkan dari sekolah sejak kelas II SD. Pasalnya, kejadian RN mencuri sering terjadi dan hampir tak terhitung. Sementara tiga hari lalu, tepatnya Minggu sore, kantin kehilangan uang bahkan hampir Rp 1 juta, itu menurut pengakuan pihak kantin. Dari kejadian itu, guru-guru pun menelusuri siapa sebenarnya pelaku pencuri di sekolah itu.
“Kami memang menunjuk anak buat berjaga dan terlihat jika RN yang mencuri. Akhirnya tadi (kemarin, Red.) saya melaporkan ke RT 18, lalu ke pihak kelurahan, kemudian ke polisi (Babinkamtibmas) untuk menakut-nakuti, karena anak ini sebenarnya butuh pembinaan, dan kurang perhatian dari orang tua,” terangnya. (***)
via BontangPost
0 komentar:
Posting Komentar